Pameran "Berhenti Berpikir"

Berhenti Berpikir

Aa Nurjaman

Pameran tunggal seni rupa Ari Lancor di Tembi Rumah Budaya yang berlangsung pada 27 Juli – 11 Agustus 2022 berjudul “Berhenti Berpikir”. Judul ini menantang saya untuk menganalisis secara mendalam mengenai istilah berpikir yang selama ini digadang-gadang sebagai landasan konsepsi berkarya. Bagaimana tidak, secara umum karya-karya seni rupa modern-kontemporer mengutarakan hasil pemikiran yang disebut konsep. Konsep-konsep itu menjadi modal dasar para kurator untuk mendongkrak karya-karya seni rupa supaya memiliki nilai jual. Melalui penafsiran para kurator, karya-karya seni rupa dianggap memiliki nilai pemikiran yang berperan dalam kehidupan sosial. Tetapi bagaimana ketika Lancor justru menegaskan bahwa kini ia tengah “berhenti berpikir?”

Ungkapan Ari Lancor menjadikan saya menelisik perjalanan berkeseniannya. Berawal dari tidak bisa menamatkan sekolah STMnya di Yayasan Islam NU karena tidak mampu melunasi SPPnya, Lancor berangkat ke Bali bersama pamannya. Bekerja sebagai tukang ampelas di perusahaan mebel antik, yang kemudian bergaul di jalanan sambil belajar menggambar. Menggambar kemudian menjadi hoby yang dikerjakannya setiap ada kesempatan. Ia juga mempelajari karya-karya lukisan souveniran berikut cara menjualnya, dan dari sana ia mulai mendapatkan uang. Namun uang ternyata tidak menjadikan jiwanya bahagia, atau setidaknya mendapat kepuasan. “Ada sesuatu yang tak bisa dinilai dengan uang, yaitu berkarya dengan tanpa memikirkan apapun”.