“DENGAR DARI DALAM”
MOMEN SUKA CITA RAYAKAN SEDEKADE HMN 2023 DI SUMBAR
KUMPULAN sejumlah komunitas Sumatera Barat peringati Hari Musik Nasional (HMN 2023) bertajuk “Dengar Dari Dalam“.
Perayaan yang dimulai sejak sore pukul 16.30 WIB pada Kamis (09/03) lalu itu, digelar di Kupi Batigo Creative Space, Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 19, Padang, Sumatera Barat.
Ajang kolaboratif ini ditaja dalam selingan tiga sesi rangkaian acara. Pada sesi Pementasan, diisi suguhan berbagai jenis ragam musik.
Diawali dengan sajian kreasi musik tradisi-modern oleh Satonggak Art sebagai penampil pembuka.
Disusul sesi Dialog Interaktif membicarakan seputar konsistensi pelaku musik menjalani bidang yang digelutinya, beiringan dengan melakukan improvement dalam mengarungi perkembangan musik di era sekarang.
Menghadirkan narasumber Ribut Anton Sujarwo (Pelaku Musik, founder grup Darak Badarak), Supardi (Ketua DPRD Sumbar), dan Agusli Taher (Musisi, Pengarang Lagu).
Sesi ini menjadi penutup dari rangkaian pertama berlangsungnya kegiatan kolektif ala arisan ini. Bertujuan sebagai upaya bersama dan momen suka cita bagi banyak orang dalam merayakan keberagaman di peringatan HMN 2023.
Gelaran “Dengar Dari Dalam” didukung oleh 3AM Studio, Gudang Seni Menata, Rumah Gagas, KBCS Program Initiated, HMD Sendratasik UNP, Diskresi, Ruang Sarga, Ota Lapau, dan Minang Lipp.
SENJA itu langit kota Padang cukup bersahaja. Antusias dari berbagai unsur pengunjung tampak dari air muka yang hadir.
Khalayak umum, mahasiswa, pemerintah, seniman, dan musisi beserta komponen penopang ekosistem musik Sumatera Barat umumnya, berdatangan memadati venue.
Setelah jeda yang panjang, acara rangkaian kedua dibuka kembali dengan dipandu Ara Ulfa selaku MC.
Penampilan awal dimulai dari grup Sending Rasa. Mengekspresikan musik dan lirik (teks) yang emosionil bercorak performatif.
Variasi bentuk improvisasi musik mereka berkelindan dengan laku teks dramatik bergaya deklarasi.
Tafsir lirik secara dramatisasi puisi ikut menunjang caranya melengkapi elemen musikal yang dibawakan.
Disambut dengan alunan lagu yang dimainkan Komunitas Seni Nan Tumpah sesudah itu. Kelompok musikalisasi puisi berkarakter melodius dengan lirik yang tenang ini, turut menebalkan suasana makin terasa pukau malam itu.
Khidmat pendengar seakan diajak berkelana menjelajahi ruang makna tak terduga, lewat lantunan diksi metaforik yang ditumpahkannya.
Dua penampilan telah usai, menandai masuknya sesi Diskusi Santai. Sebagai momen kilas pandang balik perihal musik Sumatera Barat hari ini, bersama narasumber yang sedia mengurai.
DISKUSI ini mencita pemahaman utuh dan pandangan ke depan tentang apa dan bagaimana keberadaan serta sumbangsih musik Sumatera Barat hari ini, dalam simpul tema “Sebuah Retrospeksi: Sumatera Barat Kini Di Lanskap Musik Nasional“.
Disarikan dari pandangan Akbar Nicholas, “Forum ini adalah oto-kritik. Harus lebih supportif lagi, jangan ada egosentrik antar genre atau kelompok. Diskusi intens bisa dilakukan di banyak ruang-ruang komunal yang tidak hanya lempar-lemparan perspektif dari narasumber saja“, papar Aktivis dan Musisi Metal itu.
“Poinnya adalah solusi bagaimana perspektif atau setiap permasalahan yang dibincangkan pada saat diskusi bisa diatasi. Sehingga tidak hanya sekedar ajang titik temu para penyangga ekosistem elemen musik yang nantinya akan membahas hal yang itu-itu saja“, sambung co–founder Gazp dan pendiri Ruang Sarga itu.
“Kita harus jelas, melakukan sesuatu yang kontiniu. Sehingga harapannya Sumbar bisa melakukan improvement, supaya tidak stuck di satu titik saja“, pungkas gitaris dan founder band Raze ini.
Diskusi dipandu oleh Aditya Rahman sebagai moderator. Selain Akbar Nicholas, narasumber seperti Meiza Pratama, Dewi Ria (Kabid. Ekraf Dispar Sumbar), Uswatul Hakim, Susandra Jaya, Ahmad Hafiz, dan Jumaidil Firdaus, juga turut membagikan pandangannya.
Meiza Pratama mengemukakan perihal regenerasi all genre, “Harusnya musik di Sumbar hadirkan gaya dengan suasana baru, sehingga tidak ada batasan-batasan genre yang menjadi pembatas untuk memperluas jangkauan menuju kancah Nasional“, ungkap seorang Drummer dan Audiopreneur yang akrab disapa Cimay ini.
“Tidak hanya itu, tetapi ruang kolaborasi yang hanya sesaat sehingga banyak ruang kreatif di Kota Padang tidak menonjol dengan baik, ditambah diskusi intens di jaman sekarang saja jarang terjadi, lalu solusi seperti apa yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata?“, tambah seorang Aktivator dan Pengelola Ruang 3AM Studio & Creative Space itu.
Sesi ini membentang waktu bincang dengan durasi tempuh yang panjang. Namun tidak membuat surut minat penonton hingga penantian sesi Pementasan lebih lanjut.
TIBA di penghujung acara, pengunjung bersiap mengenyam penampilan-penampilan yang sudah menderet urut.
Dimulai dengan bunyi alunan denting nilon permainan solo gitar klasik Dio Yodio dalam garapan medley komposisi Vals Venezolano dari karya Amelia.
Jalannya alur acara semakin bergulir. Tak mungkin lagi untuk dilewatkan. Nuansa musik Jazz terdengar di malam yang larut, menyajikan pengalaman tersendiri bagi penikmatnya.
Orkestrasi musik Jazz yang diimbuhkan band Bluemoon, memainkan lagu-lagu dalam format gabungan instrumentasi Brass, Woodwind, String Quartet, Double Bass, dan Drum-set lewat performa grup yang ditampilkannya.
Tak buru-buru setelah itu, keriuhan malam pun mulai membawa langkah lebih jauh. Berangsur menuju set penampil berikutnya.
Penampilan kelompok musik yang menamakan dirinya grup Gamad ´ Melayu menyambangi panggung menggembirakan mereka dan banyak orang.
Menghentakan irama permainan musik khas Gamad berpadu Melayu yang tak elak menggerak-ayunkan badan dan anggukan kepala penonton yang menikmatinya.
Terakhir, limabelas menit jelang tengah malam. Penampilan sebuah kelompok musik orkes mengantarkan penonton berada di puncak acara.
Layaknya orkes bergaya musik yang khas dengan lirik parodikal, grup Talambek Orkes turut menyibak lantai pesta lewat single perdananya berjudul “Nasib Kanai Suruah” yang menyudahi akhir acara tepat pukul 24.00 WIB.
PERSIS setelah usai keseluruhan rangkaian ajang kolaboratif yang berlangsung kurang dari sembilan jam ini, hujan gerimis turun dengan perlahan. Seakan mendukung keberlangsungan gelaran perayaan peringati sedekade HMN malam itu.
Kegiatan “Dengar Dari Dalam” membuka kesempatan dengan memberikan pengalaman yang lebih dari sekadar teknikal, melainkan tersaji peristiwa ‘mengalami’ secara langsung keberagaman yang dirayakan. [.]
Rijal Tanmenan
Etnomusikologi | Pemberdaya Seni | Penabuh Multi-set Perkusi | IG: @rijaltanmenan