• Login
  • Newsletter
SICA
  • About
  • Artists
  • Articles
  • Exhibitions
  • Stock Room
  • Store
  • Channel
  • Contact
  • Search

80 nan Ampuh: Bale Banjar Sangkring

April 9, 2019/in Pameran Bersama Bale Banjar-Sangkring /by Sistem SICA

Pameran 80 nan Ampuh: Bale Banjar Sangkring

Kami Ingin Tahu Kemana Seni Rupa Akan Kamu Bawa!

oleh WAHYUDIN

Dia seperti tak pernah merasa bosan—sangat mungkin karena dia tahu apa yang ditunggu. Dia hampir-hampir tak pernah merasa lelah—barangkali karena dia tahu bagaimana mengelola tubuhnya dengan energi yang simpatik. Sebutlah itu cinta. Dan cintanya paling besar mengejawantah sebagai OHD Museum. Di museum itu, selama lebih kurang 20 tahun terakhir, tersimpan ribuan karya seni rupa Indonesia dari zaman kolonial sampai era milenial. Semuanya dipenuh-seluruhinya dalam suka dan duka perawatan, perhelatan, dan pemahaman, sehingga memungkinkannya terpandang sebagai yang kontemporer—yang kini-dan di sini—yang senantiasa berikhtiar merawat sesuatu yang baik dari masa lalu dan mengambil sesuatu yang lebih baik dari masa kini.

Atas kemungkinan itulah kami bersama-sama—Museum dan Tanah Liat (MdTL) dan Sicincin Indonesia Contemporary Art (SICA)—menaja pameran ini di Bale Banjar-Sangkring Art Space ini (5-13 April) ini sebagai persembahan dan penghormatan untuk OHD: seorang kolektor berumur “Delapan Puluh” dengan cinta “nan Ampuh” kepada seni rupa Indonesia. Persembahan dan penghormatan itu pun menghablur sebagai momen historis sekaligus momen estetis dari daya cipta penuh rasa ingin tahu empat puluh tujuh perupa pelbagai lapisan generasi ini:

Adalah ; Aan Arief, Abdi Setiawan, Adi Gunawan, Aditya Candra, Ali Umar, A.T. Sitompul, Angki Purbandono, Basrizal Albara, Bayu Wardhana, Budi Ubrux, Bunga Jeruk, Dadi Setiyadi, Dedy Sufriadi, Deskhairi, Dipo Andy, Dwi Setya “Acong”, Diah Yulianti, Edi Prabandono, Edi Sunaryo, Edo Pilli, Erizal As, Edo Pop, Gusmen Heriadi, Harry Susanto, I Dewa Mustika, I Dewa Ngakan Made Ardana, I Made Arya Palguna, I Nyoman Darya, Isur Suroso, Januri, Jim Allen Abel, Joko Sulistyo, Katirin, Kokok P. Sancoko, Kokoh Nugroho, M. Irfan, Nasirun, Riki Antoni, Robi Fathoni, F. Sigit Santoso, Soni Irawan, Syahrizal Koto, Syahrizal Pahlevi, Tri Suharyanto, Yunizar, Zulfa Hendra, dan Zulkarnaini.

[avia_codeblock_placeholder uid="0"]

Syahrizal Koto, Rasa Alumunium, 50 cm x 90 cm x 40 cm, 2014

Syahrizal Pahlevi, Rekontruksi Cezanne, Oil on Hardboard, 60 cm x 120 cm, (diptych), 2019 (2)

Syahrizal Pahlevi, Rekontruksi Cezanne, Oil on Hardboard, 60 cm x 120 cm, (diptych), 2019

Tri Suharyanto, Dewa Seni Rupa, Resin Finishing Duko 11, 2019

Yunizar, Kucing Merah, Acrylic on Canvas, 80 cm x 100 cm, 2019

Zulfa Hendra, Di Atas Bintang, Acrylic on Canvas, 80 cm x 100 cm, 2019

Zulkarnaini Rustam, OHD and Me, 100 x 80 cm, Acrylic on Canvas, 2019

Aan Arief, Face-lah (Maskulin& Power Series), 80 cm x 100 cm, Oil On Canvas, 2019

pematung kayui

Abdi Setiawan, The Trove, 122 X 49 X 40 cm, Teak wood , resin, colour pigment, 2018

karya kayu

Adi Gunawan, Dream, Teak Wood, Resin & Colour Pigment, 65 cm x 25 cm x 140 cm, 2019

Load more

Share this entry
  • Share on Facebook
  • Share on Twitter
  • Share on Google+

Related Exhibition


GRENG Memperingati 100 Tahun H. Widayat

Potret: Bentara Budaya

Potret: Syang Art Space

https://sica.asia/wp-content/uploads/2019/04/Sigit-Santoso-Homage-To-SS-Acrylic-on-Canvas-100-cm-x-80-cm-2019.jpg 600 513 Sistem SICA https://sica.asia/wp-content/uploads/2020/06/LOGO_BARU_SICA.jpg Sistem SICA2019-04-09 08:31:132020-06-15 06:42:5280 nan Ampuh: Bale Banjar Sangkring

80 nan Ampuh , apresiasi seniman

April 9, 2019/in Pameran Bersama Bale Banjar-Sangkring, Bentara Budaya Yogyakarta, Museum dan Tanah Liat, Nalarroepa, Syang /by Sistem SICA

Pameran 80 nan Ampuh

Bentara Budaya Yogyakarta, Bale Banjar-Sangkring, Nalarroepa dan Museum dan Tanah Liat

Delapan Puluh nan Ampuh: 1 Kolektor, 15 Pameran

Jumat, 5 April 2019, kolektor Oei Hong Djien—yang masyhur di lidah penghayat senirupa dengan panggilan “Pak Dokter” atau “OHD”—berusia 80. Dalam umur yang mungkin tak bisa dicapai oleh kebanyakan orang di republik ini, OHD menjelma sosok historis yang khas di dunia senirupa Indonesia.

Ayah dua anak yang lahir di Magelang, Jawa Tengah, itu seperti tak pernah merasa bosan lalu-lalang dari satu pameran kepameran lainnya; dari satu art fair ke art fair lainnya; dari satu balai lelang kebalai lelang lainnya; dari satu museum ke museum lainnya; dari satu peristiwa senirupa keperistiwa senirupa lainnya. Pun—ini keunggulan perbandingan OHD ketimbang kolektor lainnya di Tanah Air—dari satu studio perupa ke studio perupa lainnya—terutama studio perupa di Yogyakarta.

Itu sebabnya lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1964) dan Patologi Anatomi Katholieke Universiteit Nijmegen, Belanda (1966-1968) itu terpandang bukan hanya sebagai pecinta dan pengoleksi karya senirupa, tapi juga patron “pembuat selera” di dunia senirupa Indonesia dengan sebuah museum senirupa yang mengesankan.

Di museum bernama OHD Museum itu, selama lebih kurang 20 tahun terakhir, tersimpan ribuan karya senirupa Indonesia dari zaman kolonial sampai era milenial. Semuanya dipenuh-seluruh nya dalam suka dan duka perawatan, perhelatan, dan pemahaman, sehingga memungkinkannya terpandang sebagai yang kontemporer—yang kini-dan di sini—yang senantiasa berikhtiar merawat sesuatu yang baik dari masa lalu dan mengambil sesuatu yang lebih baik dari masakini.

Atas kemungkinan itulah Museum dan Tanah Liat (MdTL) dan Sicincin Indonesia Contemporary Art (SICA) mengadakan pameran Delapan Puluh nan Ampuh di Bale Banjar-Sangkring dan Bentara Budaya Yogyakarta (5-13 April 2019) serta di Nalarroepa dan Museum dan Tanah Liat (26 April 2019) sebagai persembahan dan penghormatan untuk OHD: seorang kolektor berumur “Delapan Puluh” dengan cinta “nan Ampuh” kepada senirupa Indonesia.

Persembahan dan penghormatan itu pun akan menghablurkan momen historis ulang tahun ke-80 OHD sebagai momen estetis dari daya cipta penuh rasa hormat dalam puspa ragam karya senirupa: gambar, lukisan, foto, patung, dan objek instalasi dsb.—ratusan perupa pelbagai lapisan generasi di Syang Art Space Magelang (27 April 2019), Kiniko Art Space dan Sarang Building (28 April 2019), Langgeng Art Foundation dan Galeri Lorong (30 April 2019), Pendhopo Art Space dan Tahun mas Art Room (2 Mei 2019), Indie Art Room dan MJK Community (3 Mei 2019), dan Ruang Dalam Art Space dan SURVIVE! Garage (4 Mei 2019)

GRENG Memperingati 100 Tahun H. Widayat

Potret: Bentara Budaya

Potret: Syang Art Space

80 nan Ampuh: Syang

80 nan Ampuh: Nalarroepa

80 nan Ampuh: Museum dan Tanah Liat

80 nan Ampuh: Bentara Budaya Yogyakarta

80 nan Ampuh: Bale Banjar Sangkring

80 nan Ampuh , apresiasi seniman

TO LANDSCAPE AND…

karya surealism

Pameran Keajaiban Kecil

Pesta Kecil untuk Mata

Share this entry
  • Share on Facebook
  • Share on Twitter
  • Share on Google+

Related Exhibition


GRENG Memperingati 100 Tahun H. Widayat

Potret: Bentara Budaya

Potret: Syang Art Space

https://sica.asia/wp-content/uploads/2019/04/Budi-Ubrux-The-Godfather-Water-Color-on-Pape-57-cm-x-75-cm-2019.jpg 446 600 Sistem SICA https://sica.asia/wp-content/uploads/2020/06/LOGO_BARU_SICA.jpg Sistem SICA2019-04-09 06:53:362020-06-15 06:53:3380 nan Ampuh , apresiasi seniman

Category

  • Arists Talk
  • Curatorial
  • Essay
  • Information
  • Opinion

Lastest Articles

  • Basuki AbdullahNovember 24, 2020 - 4:33 am

    Basuki Abdullah   Basoeki Abdullah lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Januari 1915 – meninggal 5 November 1993 pada umur 78 tahun, dia merupakan salah satu pelukis maestro yang dimiliki Indonesia.Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana negara dan kepresidenan Indonesia, […]

  • FREEDOMEAgustus 16, 2020 - 4:13 am

    Mendekati hari kemerdekaan Republik Indonesi ke 75 pertemuan tidak sengaja membicarakan masalah kemerdekaan, seni rupa dan project seni Preeet. Bagaimana rasa nasionalisme itu terbangun dan dibangun dari berkumpul tidak sengaja. Berbicara masalah perjuangan melawan penjajah, melawan kolonialisme, kapitalisme, dan masalah oligarki, sampai pada pasar seni rupa. Quo Vadis Seni Preeet?

  • Sanento YulimanMemperkatakan Sanento YulimanJuli 5, 2020 - 4:31 am

    Memperkatakan Sanento Yuliman (1) Oleh WAHYUDIN   Tiga puluh dua tahun lalu—pada kapan yang tak diterangkannya—Sanento Yuliman bertandang ke Taman Ismail Marzuki, Jakarta, untuk menilik Pameran Peringatan Trisno Sumardjo (1916-1969), kritikus seni rupa, sastrawan, dan ketua pertama Dewan Kesenian Jakarta (1968-1969). Apa yang disaksikan doktor seni rupa dari Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales, […]

  • buku tentang lukisan palsuPPSI Melacak Lukisan PalsuJuni 27, 2020 - 4:10 pm

    PPSI Melacak Lukisan Palsu  Oleh WAHYUDIN   Pada Senin, 29 Oktober 2018—ketika buku Melacak Lukisan Palsu terbit dan beredar di jaringan toko buku Gramedia seluruh Indonesia—Oei Hong Djien (OHD) tengah berada di Belanda. Saya mengetahuinya dari status-status di Facebook OHD. Di Negeri Kincir Angin itu, OHD memanjakan matanya sepanjang hari di Frans Hals Museum dan […]

  • buku perkembangan seniMembedah “Koleksi” Hendra GunawanJuni 20, 2020 - 1:22 am

    Membedah “Koleksi” Hendra Gunawan Oleh WAHYUDIN   “Kebenaran nomor satu, baru kebagusan.” —S. Sudjojono (1946)   Buku Jejak Lukisan Palsu Indonesia (Jakarta: Perkumpulan Pencinta Senirupa Indonesia, 2014) mencantumkan kata-kata “Bapak Seni Lukis Indonesia Baru” itu (hlm. v) sebagai falsafah—kalau bukan sandaran moral—penerbitannya. Celakanya, sejumlah penghayat seni rupa di Tanah Air justru mencurigai kebenaran “Koleksi” di […]

© 2017 SICA | Sicincin Indonesian Art Contemporary. All rights reserved
  • Twitter
  • Facebook
  • Instagram
Scroll to top