Pameran 80 nan Ampuh: Bale Banjar Sangkring
oleh WAHYUDIN
Dia seperti tak pernah merasa bosan—sangat mungkin karena dia tahu apa yang ditunggu. Dia hampir-hampir tak pernah merasa lelah—barangkali karena dia tahu bagaimana mengelola tubuhnya dengan energi yang simpatik. Sebutlah itu cinta. Dan cintanya paling besar mengejawantah sebagai OHD Museum. Di museum itu, selama lebih kurang 20 tahun terakhir, tersimpan ribuan karya seni rupa Indonesia dari zaman kolonial sampai era milenial. Semuanya dipenuh-seluruhinya dalam suka dan duka perawatan, perhelatan, dan pemahaman, sehingga memungkinkannya terpandang sebagai yang kontemporer—yang kini-dan di sini—yang senantiasa berikhtiar merawat sesuatu yang baik dari masa lalu dan mengambil sesuatu yang lebih baik dari masa kini.
Atas kemungkinan itulah kami bersama-sama—Museum dan Tanah Liat (MdTL) dan Sicincin Indonesia Contemporary Art (SICA)—menaja pameran ini di Bale Banjar-Sangkring Art Space ini (5-13 April) ini sebagai persembahan dan penghormatan untuk OHD: seorang kolektor berumur “Delapan Puluh” dengan cinta “nan Ampuh” kepada seni rupa Indonesia. Persembahan dan penghormatan itu pun menghablur sebagai momen historis sekaligus momen estetis dari daya cipta penuh rasa ingin tahu empat puluh tujuh perupa pelbagai lapisan generasi ini:
Adalah ; Aan Arief, Abdi Setiawan, Adi Gunawan, Aditya Candra, Ali Umar, A.T. Sitompul, Angki Purbandono, Basrizal Albara, Bayu Wardhana, Budi Ubrux, Bunga Jeruk, Dadi Setiyadi, Dedy Sufriadi, Deskhairi, Dipo Andy, Dwi Setya “Acong”, Diah Yulianti, Edi Prabandono, Edi Sunaryo, Edo Pilli, Erizal As, Edo Pop, Gusmen Heriadi, Harry Susanto, I Dewa Mustika, I Dewa Ngakan Made Ardana, I Made Arya Palguna, I Nyoman Darya, Isur Suroso, Januri, Jim Allen Abel, Joko Sulistyo, Katirin, Kokok P. Sancoko, Kokoh Nugroho, M. Irfan, Nasirun, Riki Antoni, Robi Fathoni, F. Sigit Santoso, Soni Irawan, Syahrizal Koto, Syahrizal Pahlevi, Tri Suharyanto, Yunizar, Zulfa Hendra, dan Zulkarnaini.
Bentara Budaya Yogyakarta, Bale Banjar-Sangkring, Nalarroepa dan Museum dan Tanah Liat
Jumat, 5 April 2019, kolektor Oei Hong Djien—yang masyhur di lidah penghayat senirupa dengan panggilan “Pak Dokter” atau “OHD”—berusia 80. Dalam umur yang mungkin tak bisa dicapai oleh kebanyakan orang di republik ini, OHD menjelma sosok historis yang khas di dunia senirupa Indonesia.
Ayah dua anak yang lahir di Magelang, Jawa Tengah, itu seperti tak pernah merasa bosan lalu-lalang dari satu pameran kepameran lainnya; dari satu art fair ke art fair lainnya; dari satu balai lelang kebalai lelang lainnya; dari satu museum ke museum lainnya; dari satu peristiwa senirupa keperistiwa senirupa lainnya. Pun—ini keunggulan perbandingan OHD ketimbang kolektor lainnya di Tanah Air—dari satu studio perupa ke studio perupa lainnya—terutama studio perupa di Yogyakarta.
Itu sebabnya lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1964) dan Patologi Anatomi Katholieke Universiteit Nijmegen, Belanda (1966-1968) itu terpandang bukan hanya sebagai pecinta dan pengoleksi karya senirupa, tapi juga patron “pembuat selera” di dunia senirupa Indonesia dengan sebuah museum senirupa yang mengesankan.
Di museum bernama OHD Museum itu, selama lebih kurang 20 tahun terakhir, tersimpan ribuan karya senirupa Indonesia dari zaman kolonial sampai era milenial. Semuanya dipenuh-seluruh nya dalam suka dan duka perawatan, perhelatan, dan pemahaman, sehingga memungkinkannya terpandang sebagai yang kontemporer—yang kini-dan di sini—yang senantiasa berikhtiar merawat sesuatu yang baik dari masa lalu dan mengambil sesuatu yang lebih baik dari masakini.
Atas kemungkinan itulah Museum dan Tanah Liat (MdTL) dan Sicincin Indonesia Contemporary Art (SICA) mengadakan pameran Delapan Puluh nan Ampuh di Bale Banjar-Sangkring dan Bentara Budaya Yogyakarta (5-13 April 2019) serta di Nalarroepa dan Museum dan Tanah Liat (26 April 2019) sebagai persembahan dan penghormatan untuk OHD: seorang kolektor berumur “Delapan Puluh” dengan cinta “nan Ampuh” kepada senirupa Indonesia.
Persembahan dan penghormatan itu pun akan menghablurkan momen historis ulang tahun ke-80 OHD sebagai momen estetis dari daya cipta penuh rasa hormat dalam puspa ragam karya senirupa: gambar, lukisan, foto, patung, dan objek instalasi dsb.—ratusan perupa pelbagai lapisan generasi di Syang Art Space Magelang (27 April 2019), Kiniko Art Space dan Sarang Building (28 April 2019), Langgeng Art Foundation dan Galeri Lorong (30 April 2019), Pendhopo Art Space dan Tahun mas Art Room (2 Mei 2019), Indie Art Room dan MJK Community (3 Mei 2019), dan Ruang Dalam Art Space dan SURVIVE! Garage (4 Mei 2019)